maap. terlupa pulak. songo tu sembilan. delapan tu wolu.
(sori, songo means nine)
Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, niaga, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
(The nine walis were Sufi teachers who spread Islam and did all variety of powerful and unusual acts across Java. The histories of these men are not always clear. In fact, if you try to count all of them, you will end up with more than nine. Some sources say that there was more than one group of nine. The most probable explanation is that there was a loose council of nine religious leaders, and that as older members retired or passed away, new members were brought into this council.
Symbolically, for later rulers on Java, the wali songo provided a link between the rulers of Majapahit or earlier kingdoms, and the rulers of Mataram, and eventually the Sultans of Yogya and Surakarta. They were both links in the dynastic family trees and cultural links, as they adapted the old arts and traditions to the new Islamic reality.)